Lembang-wartabandungbarat.com – Banjir kembali melanda kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, pada Senin, 29 September 2025. Hujan deras sejak siang hingga sore memicu genangan air tinggi. Kondisi ini melumpuhkan jalur utama serta merendam sejumlah pertokoan. Peristiwa serupa juga tercatat pada 9 September 2025. Warga mendesak pemerintah segera bertindak.
Pada Senin sore, 29 September 2025, hujan deras mengguyur Lembang tanpa henti. Guyuran air berlangsung intensif sejak siang hari hingga sore. Akibatnya, banjir segera merendam beberapa lokasi vital di pusat kota. Jalur utama Lembang, khususnya Jalan Panorama di depan Pasar Panorama Lembang, terdampak paling parah. Selain itu, Jalan Maribaya dan Jalan Kiwi juga tergenang air cukup tinggi. Peristiwa genangan air serupa juga tercatat pada 9 September 2025. Ini menunjukkan masalah yang terus berulang. Penyebab langsung banjir ini adalah curah hujan ekstrem yang melampaui kapasitas drainase. Namun, masalah mendasar yang terus disoroti adalah kondisi drainase dan gorong-gorong yang buruk. Saluran air tidak berfungsi optimal. Banyak gorong-gorong tersumbat sampah dan sedimen. Warga setempat menilai perbaikan drainase yang dilakukan sebelumnya tidak maksimal. Ini menyebabkan banjir menjadi fenomena langganan setiap kali hujan lebat.
Dampak banjir sangat signifikan. Jalur utama Lembang lumpuh total. Kemacetan parah terjadi di banyak titik krusial. Arus lalu lintas tersendat selama berjam-jam. Genangan air mencapai ketinggian sekitar 50 sentimeter. Ini setinggi setengah ban mobil. Bahkan, di beberapa titik tertentu, ketinggian air disebutkan mencapai 30 sentimeter atau setara lutut orang dewasa. Kondisi ini membahayakan pengguna jalan. Banyak kendaraan mogok di tengah genangan air. Baik sepeda motor maupun mobil tidak dapat melintas. Mesin kendaraan kemasukan air, menyebabkan kerusakan serius. Polisi lalu lintas segera turun tangan. Mereka sempat mengalihkan arus lalu lintas. Upaya ini mereka lakukan untuk mengurai kemacetan parah yang terjadi di sepanjang jalan. Kemacetan meluas hingga beberapa kilometer.
Air bercampur lumpur masuk ke dalam pertokoan. Ruko-ruko di sepanjang Jalan Panorama juga ikut terendam. Pemilik usaha terpaksa menutup toko mereka. Mereka mengalami kerugian materiil yang tidak sedikit. Pedagang kaki lima yang biasa berjualan di pinggir jalan juga merasakan imbasnya. Pendapatan mereka terganggu. Banjir membawa serta banyak sampah dan material kotor. Ini menambah kekotoran lingkungan. Kejadian ini menimbulkan kerugian materiil bagi banyak pihak. Selain itu, kekhawatiran melanda warga Lembang. Mereka cemas akan dampak jangka panjang. Banjir berulang kali ini menimbulkan keputusasaan di kalangan masyarakat. Mereka sangat berharap ada solusi nyata.
Anomali Lembang: Banjir Tahunan di Dataran Tinggi Akibat Drainase Buruk dan Alih Fungsi Lahan
Banjir di Lembang bukan kejadian baru. Fenomena ini telah menjadi rutin setiap tahun. Setiap hujan deras turun, kawasan Lembang selalu terendam air. Warga menyebutnya bencana tahunan yang tak kunjung usai. Mereka sudah mengeluhkan kondisi ini selama bertahun-tahun. Menurut warga, intensitas banjir semakin parah dari waktu ke waktu. Lembang sendiri merupakan dataran tinggi. Ketinggiannya tercatat lebih dari 1.300 meter di atas permukaan laut. Namun, air justru merendam kawasan tersebut. Ini menjadi sebuah anomali geografis yang mencolok di mata masyarakat.
Faktor drainase menjadi penyebab utama banjir ini. Saluran air yang tidak memadai tidak mampu menampung volume air hujan yang tinggi. Selain itu, alih fungsi lahan juga memperburuk situasi secara signifikan. Banyak lahan resapan air alami berubah fungsi. Pembangunan area wisata terus meningkat pesat di Lembang. Penutupan saluran air alami juga sering terjadi. Ini semua mengurangi kemampuan tanah menyerap air. Akibatnya, aliran air permukaan menjadi tidak lancar. Hujan sedikit saja dapat memicu genangan air yang meluas. Banjir pun tidak terhindarkan di berbagai titik strategis.
Rangkaian Bencana Mei 2025: Banjir dan Longsor Telan Korban di Lembang
Sebelumnya, Lembang juga menghadapi rangkaian bencana serupa dengan dampak serius. Rentang waktu 14 hingga 21 Mei 2025 menjadi saksi bisu. Setidaknya 13 desa di Kecamatan Lembang diterjang banjir. Beberapa lokasi juga mengalami tanah longsor secara bersamaan. Bencana ini membawa dampak serius bagi masyarakat lokal. Seorang lansia dilaporkan tewas akibat bencana tersebut. Ratusan jiwa terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Mereka kehilangan tempat tinggal sementara akibat dampak bencana yang meluas.
Pada 23 Mei 2025, banjir dengan arus kencang melanda Lembang. Ketinggian air pada saat itu melebihi 50 sentimeter. Arus deras ini sangat kuat. Ia menyeret sepeda motor warga hingga 30 meter jauhnya. Pengendara motor itu pun terjatuh dan mengalami luka-luka. Kejadian tragis lainnya terjadi pada 26 Mei 2025. Banjir bandang menerjang Desa Cikahuripan, Lembang. Dalam peristiwa itu, satu warga dilaporkan hilang. Tim SAR Brimob segera bergerak cepat mencari korban. Warga, kepolisian, dan perangkat desa turut berpartisipasi aktif dalam upaya pencarian.
Warga Desak Pemkab Bandung Barat Ambil Tindakan Serius dan Permanen
Kondisi berulang ini memicu reaksi keras dari masyarakat. Warga Lembang mendesak Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Mereka meminta tindakan serius dan permanen. Perbaikan gorong-gorong menjadi prioritas utama yang harus segera dilakukan. Pelancaran saluran air juga sangat penting. Tujuannya agar banjir tidak terus berulang setiap musim hujan tiba. Masyarakat berharap pemerintah responsif terhadap keluhan mereka. Mereka menantikan solusi konkret dari pihak berwenang. Ini demi kenyamanan dan keamanan warga.
Kekhawatiran warga sangat beralasan dan mendalam. Banjir berulang dapat menurunkan minat wisatawan secara drastis. Lembang dikenal sebagai destinasi wisata unggulan di Jawa Barat. Kerusakan infrastruktur dan ketidaknyamanan mengancam sektor pariwisata lokal. Oleh karena itu, solusi cepat dan efektif sangat dibutuhkan. Pemkab Bandung Barat harus segera bertindak. Mereka perlu mencari solusi jangka panjang dan berkelanjutan. Ini penting untuk melindungi warga dari dampak banjir. Selain itu, menjaga citra pariwisata Lembang juga menjadi prioritas.
(Reporter: Cecep Hikmat)