Pariwisata KBB Terancam: Potensi Besar, Kunjungan Menurun Drastis

Pariwisata KBB Terancam: Potensi Besar, Kunjungan Menurun Drastis

BANDUNG BARAT-wartabandungbarat.com – Sektor pariwisata Kabupaten Bandung Barat (KBB) menghadapi tantangan serius pada Minggu, 14 September 2025. Data terbaru menunjukkan penurunan drastis jumlah kunjungan wisatawan. Padahal, pariwisata KBB merupakan penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar. Sektor ini juga menciptakan efek berganda signifikan. Ia menumbuhkan UMKM, jasa transportasi, serta sektor ekonomi lainnya.

Sumbangan PAD Besar, Wisatawan Justru Berkurang

Sektor pariwisata KBB menunjukkan kontribusi ekonomi yang signifikan. Pada tahun 2023, total PAD dari sektor ini mencapai Rp 86 miliar. Angka tersebut berasal dari beberapa komponen penting. Pajak hotel menyumbang Rp 25 miliar. Kemudian, pajak restoran berkontribusi sebesar Rp 56 miliar. Selain itu, pajak hiburan berhasil mengumpulkan Rp 5 miliar. Jumlah ini jelas menunjukkan vitalnya peran pariwisata bagi ekonomi lokal.

Namun, tren kunjungan wisatawan ke KBB justru mengkhawatirkan. Sebelum pandemi COVID-19, pada tahun 2019, KBB menyambut 5.440.158 orang wisatawan. Angka ini kemudian menurun drastis selama masa pandemi. Pada tahun 2020, jumlah kunjungan merosot menjadi 3.463.960 orang. Penurunan terus berlanjut hingga tahun 2021, dengan hanya 2.202.146 wisatawan tercatat.

Sektor pariwisata KBB sempat menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada tahun 2023, jumlah kunjungan wisatawan kembali meningkat menjadi 3.812.202 orang. Namun, tren positif ini tidak bertahan lama. Angka kunjungan kembali anjlok pada tahun 2024. KBB hanya menerima 3.024.056 wisatawan. Penurunan ini semakin tajam pada awal tahun 2025. Dari Januari hingga Mei 2025, KBB baru mencatat 1.311.579 kunjungan. Ini menandakan perlunya evaluasi mendalam.

Berbagai Faktor Pemicu Penurunan Kunjungan Wisata

Penurunan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2024 dibandingkan 2023 sangat drastis. Tren ini terus berlanjut pada awal tahun 2025. Beberapa faktor kompleks menjadi penyebab utama kondisi ini. Pertama, daya beli masyarakat melemah. Kondisi ekonomi yang tidak stabil membuat masyarakat lebih memprioritaskan kebutuhan pokok. Mereka cenderung mengurangi anggaran untuk kegiatan rekreasi dan liburan.

Baca Juga  Lembang Park Zoo Bandung Barat: Destinasi Keluarga Kembali Beroperasi Penuh Pasca Insiden

Kedua, cuaca ekstrem sering melanda wilayah KBB. Mayoritas objek wisata di Kabupaten Bandung Barat adalah wisata alam. Oleh karena itu, hujan deras atau kondisi cuaca buruk lainnya sangat mempengaruhi kunjungan. Wisatawan sering membatalkan rencana perjalanan. Hal ini berdampak signifikan pada jumlah pengunjung harian.

Ketiga, munculnya banyak destinasi baru di luar KBB menjadi pesaing. Objek wisata alternatif semakin beragam. Selain itu, wisatawan mungkin mengalami kejenuhan. Mereka merasa suguhan wisata di KBB itu-itu saja. Ini mengurangi daya tarik KBB sebagai tujuan utama.

Keempat, fenomena \”Revenge Tourism\” telah berakhir. Lonjakan kunjungan pasca-pandemi yang terjadi sebelumnya kini melandai. Wisatawan sudah banyak melakukan perjalanan. Kondisi ini membuat minat berlibur kembali normal. Terakhir, kebijakan pemerintah turut memberikan dampak negatif.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengeluarkan larangan. Larangan study tour ke luar provinsi diberlakukan. Kebijakan ini berdampak langsung pada pariwisata KBB. Pada Februari 2025 saja, 18 acara kunjungan wisata dibatalkan. Pembatalan ini melibatkan sekitar 4.300 orang. Mereka seharusnya mengunjungi KBB.

Fasilitas Pendukung dan Ketimpangan Pengembangan Destinasi

Kabupaten Bandung Barat memiliki fasilitas pariwisata yang cukup lengkap. Data BPS Provinsi Jawa Barat tahun 2023 mencatat adanya 94 hotel. Fasilitas ini menyediakan total 2.629 kamar. Selain itu, tersedia 4.142 tempat tidur. Untuk kebutuhan kuliner, KBB memiliki 152 rumah makan, 43 restoran, dan 75 kafe. Infrastruktur ini siap melayani wisatawan.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB juga merinci fasilitas. Mereka mencatat ada 9 hotel bintang. Kemudian, 333 hotel non-bintang juga tersedia. Kategori ini mencakup vila, guest house, dan berbagai jenis penginapan lainnya. Sebanyak 468 restoran dan rumah makan aktif beroperasi. Ditambah lagi, 25 biro perjalanan wisata siap membantu perencanaan liburan. Fasilitas ini memperkuat ekosistem pariwisata lokal.

Baca Juga  KBB Resmi Berdiri 2007: Mengenang Hari Jadi Kabupaten Bandung Barat

Namun, pengembangan industri pariwisata di KBB masih menghadapi ketimpangan. Pengembangan cenderung tersentralisasi di wilayah Lembang. Akibatnya, destinasi yang dikelola masyarakat, seperti Pokdarwis, kesulitan berkembang. Objek wisata milik pemerintah daerah pun mengalami hal serupa. Contohnya Situ Ciburuy, Goa Pawon, dan Curug Malela.

Destinasi-destinasi tersebut minim dukungan pemerintah. Pengelolaan mereka juga seringkali kurang profesional. Kondisi ini menyebabkan angka kunjungan yang timpang. Lembang tetap ramai. Namun, potensi di wilayah lain kurang tergarap maksimal. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah.

Potensi Besar dan Tantangan Promosi Pariwisata KBB

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Kabupaten Bandung Barat menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa. KBB memiliki lebih dari 300 objek wisata. Objek-objek ini tersebar dalam enam kategori utama. Kategori tersebut meliputi wisata alam, taman rekreasi, situs sejarah, pusat kuliner, agrowisata, dan fasilitas penginapan. Kekayaan budaya dan alam KBB juga sangat besar. Ini menjadi modal utama pengembangan pariwisata.

Waduk Saguling, khususnya Sirtwo Island di Kecamatan Saguling, teridentifikasi sebagai potensi wisata prioritas. Destinasi ini memiliki peluang besar menjadi tujuan wisata unggulan. Pengembangan Sirtwo Island dapat menarik lebih banyak pengunjung. Selain itu, ini juga akan menyebarkan dampak ekonomi ke wilayah lain.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB telah berupaya. Mereka meluncurkan program branding “Breathtaking West Bandung” pada tahun 2019. Program ini bertujuan mengembangkan serta mempromosikan seluruh potensi pariwisata dan budaya KBB. Namun, promosi digitalnya masih memiliki kelemahan. Disparbud masih mengandalkan unggahan ulang dari wisatawan. Akibatnya, penyebaran informasi belum merata. Potensi KBB belum sepenuhnya terekspos.

Pengembangan desa wisata juga menawarkan harapan. Desa Mukapayung, contohnya, menunjukkan potensi besar. Desa ini dapat memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat. Keterlibatan aktif warga menjadi kunci keberhasilan. Namun, optimalisasi potensi desa wisata masih sangat diperlukan. Pemerintah perlu memberikan dukungan lebih intensif.

Baca Juga  Menjelajahi Jejak Kepemimpinan: Daftar Lengkap Bupati Bandung Barat dari Masa ke Masa

Komitmen Pemerintah dan Harapan Baru Disparbud KBB

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) KBB memegang peran sentral. Mereka bertugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pariwisata dan kebudayaan. Fungsi mereka sangat luas. Ini mencakup perumusan kebijakan teknis. Disparbud juga bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan umum. Pembinaan dan pengembangan sektor pariwisata adalah bagian dari tugas mereka. Selain itu, monitoring dan evaluasi program juga menjadi prioritas.

Kabupaten Bandung Barat memiliki landasan hukum yang kuat. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 mengatur Penyelenggaraan Kepariwisataan Daerah. Perda ini menjadi panduan utama. Ia memastikan pengembangan pariwisata berjalan terarah dan berkelanjutan. Selain itu, sebuah perubahan penting terjadi pada 11 September 2025. Asep Dendih resmi dilantik sebagai Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KBB. Pergantian pejabat ini membawa harapan baru. Diharapkan, kepemimpinan baru dapat memberikan terobosan positif bagi kemajuan pariwisata KBB.

(Reporter: Rani Adelia/Berbagai Sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *