Macan Tutul Jantan Lembang Park & Zoo Kembali ke Tangkuban Parahu, BBKSDA Hentikan Pencarian Aktif

Macan Tutul Jantan Lembang Park & Zoo Kembali ke Tangkuban Parahu, BBKSDA Hentikan Pencarian Aktif

Lembang-wartabandungbarat.com – Seekor macan tutul jantan kini terdeteksi berada di kawasan hutan lindung kaki Gunung Tangkuban Parahu. Satwa ini sebelumnya kabur dari kandang karantina Lembang Park & Zoo. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat secara resmi menghentikan pencarian aktif hari ini, Selasa, 16 September 2025. Pihak BBKSDA memastikan macan tutul tersebut telah kembali ke habitat aslinya. Warga Kabupaten Bandung Barat diimbau tetap tenang namun waspada.

Jejak Macan Tutul Mengarah ke Kaki Gunung Tangkuban Parahu, Memicu Kekhawatiran Warga

Macan tutul jantan ini memiliki riwayat panjang. Petugas membawa satwa ini dari Balai Desa Kutamandarakan, Kuningan, pada 26 Agustus 2025. Evakuasi ini dilakukan dalam upaya konservasi. Namun, peristiwa tak terduga terjadi. Hanya sehari setelahnya, pada 27 Agustus 2025, satwa ini berhasil kabur. Ia melarikan diri dari kandang karantina Lembang Park & Zoo yang berada di Kabupaten Bandung Barat. Kejadian ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat. Mereka khawatir akan keselamatan diri dan ternak. Oleh karena itu, tim gabungan segera memulai operasi pencarian yang melibatkan berbagai pihak.

Tim BBKSDA Jabar kemudian menemukan petunjuk penting. Pada 3 September 2025, mereka mengkonfirmasi adanya jejak macan tutul. Jejak tersebut jelas mengarah ke hutan Gunung Tangkuban Parahu. Penemuan ini memperkuat dugaan posisi satwa. Selanjutnya, pada 7 September 2025, tim memperluas wilayah pencarian. Mereka fokus pada area kaki Gunung Tangkuban Parahu. Kawasan ini memang merupakan habitat alami bagi macan tutul Jawa. Ini adalah rumah bagi satwa endemik tersebut.

BBKSDA Pastikan Macan Tutul Jantan Kembali ke Habitat Asli, Populasi Lain Terpantau

Setelah pencarian intensif selama beberapa hari, BBKSDA Jabar memperoleh kepastian. Posisi terakhir macan tutul jantan itu berada di kawasan hutan lindung kaki Gunung Tangkuban Parahu. Berdasarkan temuan ini, pada 8 September 2025, BBKSDA Jabar menghentikan pencarian aktif. Tim kini beralih strategi. Mereka fokus pada pemantauan jangka panjang. Mereka juga akan menindaklanjuti setiap laporan dari masyarakat yang melihat keberadaan satwa tersebut.

Baca Juga  DLH KBB Selidiki Pencemaran BBM di Lembang, SPBU Terancam Sanksi Tegas

Kepala BBKSDA Jabar, Agus Arianto, memberikan penjelasan detail. Ia menyatakan bahwa macan tutul tersebut kemungkinan besar sudah kembali ke habitatnya. “Tim hanya akan melakukan pemantauan,” tegas Agus. Selain itu, mereka akan merespons laporan warga dengan cepat. Eri Mildranaya, Humas BBKSDA Jabar, menambahkan informasi penting. Ia menegaskan keberadaan macan tutul di Tangkuban Parahu bukan hal mengejutkan. Sebab, kawasan tersebut memang habitat asli macan tutul Jawa. Ini adalah rumah alami mereka.

Penelitian sebelumnya oleh BBKSDA Jabar juga mendukung fakta ini. Pada 10 September 2025, Eri Mildranaya mengungkapkan data. Sembilan ekor macan tutul Jawa lainnya terekam kamera jebak di kawasan yang sama. Ini menunjukkan populasi yang sehat dan beragam. Bahkan, macan tutul yang lepas dari Lembang Park & Zoo termasuk dalam rekaman tersebut. Data historis dari lembaga konservasi Wanadri juga mencatat keberadaan macan tutul Jawa. Mereka pernah memantau di wilayah Masigit Kareumbi yang berdekatan. Ini semakin memperkuat status Tangkuban Parahu sebagai rumah macan tutul.

Strategi Pencarian Canggih dan Pergeseran Konservasi di Bandung Barat

Tim pencarian menggunakan berbagai metode modern dalam operasinya. Mereka melibatkan drone termal untuk mendeteksi panas tubuh satwa. Drone ini sangat membantu dalam area sulit di hutan lebat. Selain itu, anjing pelacak K9 juga turut serta. Anjing-anjing ini memiliki kemampuan penciuman yang sangat baik. Namun, macan tutul memiliki daya jelajah yang sangat luas. Daya jelajahnya dapat mencapai 400 hektare. Jarak Lembang Park & Zoo ke garis hutan terdekat hanya sekitar 800 meter. Oleh karena itu, satwa ini dengan mudah mencapai hutan dalam waktu singkat.

BBKSDA Jabar memberikan jaminan kepada masyarakat. Macan tutul cenderung menghindari manusia. Satwa ini tidak agresif menyerang, kecuali jika merasa sangat terdesak atau terancam. Ini adalah sifat alami mereka. Populasi macan tutul Jawa secara keseluruhan diperkirakan mencapai 350 individu di seluruh Pulau Jawa. Namun, luas Tangkuban Parahu sendiri hanya cukup untuk 1-2 individu macan dewasa. Kondisi ini menyoroti pentingnya koridor ekologis. Koridor ini menghubungkan berbagai area habitat yang terfragmentasi.

Baca Juga  Cipatat: Dinamika Kecamatan Strategis di Jantung Kabupaten Bandung Barat

BBKSDA Jabar secara aktif mendorong pemerintah daerah. Mereka meminta Pemerintah Kabupaten Bandung Barat membentuk tim terpadu. Tim ini akan fokus menangani konflik satwa liar. Konflik semacam ini dapat terjadi antara manusia dan macan tutul. Selain itu, mereka juga perlu memperkuat mitigasi konflik. Langkah ini sangat sejalan dengan regulasi yang ada. Permenhut No. 48/2008 dan PermenLHK No. 56/2016 mengatur strategi konservasi macan tutul Jawa 2016–2026. Regulasi ini memberikan panduan jelas.

Pembentukan tim terpadu ini memiliki urgensi tinggi. Interaksi antara manusia dan satwa liar mungkin meningkat di masa depan. Hal ini terjadi seiring dengan perkembangan wilayah di Kabupaten Bandung Barat. Pembangunan pemukiman dan aktivitas manusia semakin mendekati batas hutan. Dengan demikian, pemerintah daerah memegang peran krusial. Mereka harus memastikan keberlangsungan hidup macan tutul Jawa. Di sisi lain, mereka juga wajib menjaga keamanan serta kenyamanan masyarakat. Ini adalah keseimbangan yang harus tercapai demi harmoni lingkungan.

(Reporter: Nanda Putri Lestari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *