Parongpong-wartabandungbarat.com – Kecamatan Parongpong di Kabupaten Bandung Barat terus menunjukkan geliatnya. Wilayah ini bukan hanya bagian dari pemekaran Kabupaten Bandung, namun juga memiliki peran strategis. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat mendeklarasikan Parongpong sebagai \”kota wisata bunga\”. Julukan ini mencerminkan potensi unggulannya. Artikel ini akan mengupas tuntas sejarah, potensi, dan data esensial Parongpong. Ini penting bagi warga setempat dan wisatawan, terutama pada hari Selasa, 16 September 2025.
Parongpong merupakan salah satu kecamatan vital di Kabupaten Bandung Barat. Lokasinya berjarak sekitar 13,5 hingga 14 kilometer dari ibu kota kabupaten, Ngamprah. Luas wilayahnya mencapai sekitar 4.012,4 hektar atau 40,124 kilometer persegi. Beberapa sumber lain bahkan menyebutkan 45,14 kilometer persegi atau 3.213.234 hektar.
Ketinggian rata-rata wilayah ini berkisar 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Namun, beberapa daerah perbukitan memiliki ketinggian beragam. Angkanya dari 822 mdpl hingga 2300 mdpl. Kantor Kecamatan Parongpong sendiri berada pada ketinggian 1200 mdpl. Hal ini menjadikan udaranya sejuk. Batas wilayah Parongpong juga cukup jelas. Bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Lembang (Kabupaten Subang). Timur berbatasan dengan Kecamatan Lembang (Kota Bandung). Selatan berbatasan dengan Kota Bandung dan Kota Cimahi. Sementara itu, barat berbatasan dengan Kecamatan Cisarua.
Profil Geografis dan Administratif Kecamatan Parongpong
Kecamatan Parongpong terdiri dari tujuh desa. Desa-desa tersebut meliputi Ciwaruga, Cihideung, Cigugur Girang, Sariwangi, Cihanjuang, Cihanjuang Rahayu, dan Karyawangi. Setiap desa memiliki karakteristik unik. Lokasi geografisnya mendukung berbagai aktivitas ekonomi dan sosial. Warga Parongpong menikmati suasana pegunungan yang asri. Kondisi ini juga mendukung sektor pariwisata dan pertanian.
Data demografi tahun 2014 menunjukkan jumlah penduduk Parongpong mencapai 102.876 jiwa. Komposisinya adalah 52.178 laki-laki dan 50.698 perempuan. Kepadatan penduduk mencapai sekitar 22,79 jiwa per hektar. Sumber lain mencatat 101.769 jiwa dengan 51.753 laki-laki dan 50.016 perempuan. Penduduk Parongpong memiliki profesi beragam. Mereka bekerja sebagai petani, peternak, PNS, pengrajin, bidan, TNI, pengacara, polri, dan pengusaha. Khususnya di Desa Cihideung, mayoritas penduduk terlibat dalam sektor perdagangan dan pertanian. Ini menunjukkan diversifikasi ekonomi lokal.
Dinamika Demografi dan Sejarah Singkat Parongpong
Parongpong merupakan bagian dari Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten ini sendiri merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Sejarah ini membentuk identitas wilayah. Seluruh wilayah Kecamatan Parongpong termasuk dalam delineasi Kawasan Bandung Utara (KBU). KBU memiliki fungsi khusus sebagai kawasan lindung. Fungsinya sebagai resapan air dan perlindungan wilayah bawahnya. Meskipun demikian, KBU tetap dapat dimanfaatkan untuk budidaya dengan ketentuan tertentu. Ini menunjukkan keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan lahan.
Perkembangan perumahan di Parongpong telah dimulai sejak sebelum tahun 2000. Beberapa perumahan bahkan dibangun sejak tahun 1980-an. Pembangunan terus berlanjut hingga kini. Fenomena ini menunjukkan daya tarik Parongpong sebagai tempat tinggal. Kecamatan Parongpong pernah dijuluki “Kota Kembang”. Kini, pemerintah Kabupaten Bandung Barat mendeklarasikannya sebagai “kota wisata bunga”. Julukan baru ini semakin mengukuhkan identitasnya. Desa Cihideung menjadi sentra utama petani bunga dan tanaman hias. Mereka berperan penting dalam julukan tersebut.
Parongpong: Pusat Pertanian, Bunga, dan Agroindustri KBB
Sektor pertanian dan agroindustri menjadi potensi unggulan Parongpong. Mayoritas petani di Parongpong menanam bunga dan tanaman hias. Aktivitas ini terpusat di Desa Cihideung. Tanaman hias, bunga, dan bibit pohon berjajar di sepanjang jalan utama Desa Cihideung. Pemandangan ini menjadikannya daya tarik utama. Selain bunga, terdapat juga potensi pertanian sayuran, palawija, padi, dan buah-buahan. Ini menunjukkan keragaman hasil bumi Parongpong. Peternakan sapi dan kambing juga menjadi potensi penting di wilayah ini.
Parongpong juga kaya akan keindahan alam pegunungan yang sejuk. Ini menjadi magnet bagi sektor pariwisata. Beberapa destinasi wisata alam meliputi Curug Aseupan, Curug Tilu Leuwi Opat, dan Ciwangun Indah Camp (CIC Parongpong). Destinasi ini menawarkan air terjun, sungai berbatu, dan hutan pinus. Jendela Alam menawarkan konsep wisata alam edukasi. Pengunjung di sana dapat belajar menanam, memanen, hingga berinteraksi dengan hewan. Taman Wisata Bunga Cihideung mengoleksi berbagai jenis bunga di lahan seluas sekitar 50 hektar. Ini menjadi surga bagi pecinta bunga. Selain itu, terdapat destinasi wisata lainnya seperti Kampung Daun, Sapu Lidi, lokasi wisata berkuda, dan perkebunan stroberi.
Pesona Pariwisata dan Pendidikan di Parongpong
Sektor pendidikan juga berkembang pesat di Parongpong. Dua perguruan tinggi ternama berada di wilayah ini. Universitas Advent Indonesia dan Politeknik Negeri Bandung menjadi pilihan bagi para pelajar. Keberadaan institusi pendidikan ini meningkatkan kualitas sumber daya manusia lokal. Masyarakat juga berupaya mengembangkan potensi ekonomi kreatif. Optimalisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi salah satu fokusnya. Ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi lokal.
Infrastruktur dan sarana prasarana di Parongpong umumnya cukup memadai. Sebagian besar jalan utama antar dan inter desa beraspal. Meskipun demikian, beberapa ruas jalan mengalami kerusakan. Penerangan jalan menjadi perhatian. Berdasarkan data Potensi Desa (Podes) 2014, tidak semua desa memiliki penerangan jalan. Ini menunjukkan adanya ruang perbaikan. Sarana dan prasarana umum lainnya cukup lengkap. Fasilitas pendidikan, kesehatan, olahraga, irigasi, air bersih, energi, penerangan, hiburan, wisata, informasi, telekomunikasi, dan pemerintahan umumnya dalam kondisi baik (data 2013-2014).
Infrastruktur dan Tantangan Lingkungan di Parongpong
Aspek persampahan masih menjadi tantangan di Parongpong. Pada tahun 2014, belum ada Tempat Pembuangan Sampah (TPS) resmi di Kecamatan Parongpong. Namun, ditemukan satu TPS di Desa Sariwangi. Hal ini menunjukkan perlunya pengelolaan sampah yang lebih terstruktur. Pemerintah daerah dan masyarakat terus berupaya mencari solusi. Pengelolaan lingkungan menjadi prioritas penting. Terutama mengingat status Parongpong sebagai bagian dari Kawasan Bandung Utara.
(Reporter: Rani Adelia)